Sebuah blog pembelajaran

*

The conversion rate of information into knowledge grows in proportion to the involvement of the learner.

**

The Importance of Communication in E-Learning course

***

How Digital Learning Technology will Change in The Next Decades

****

Learning technology in teaching. High Tech Science or Good Craft?

*****

Learning Culture

******

5 Fiture Trends of Learning and Development

Senin, Desember 29, 2008

Mengkhawatirkan, Netral, atau Berpengharapan?

Hari Selasa besok (30 Desember 2008) adalah kegiatan perkuliahan terakhir (insyaAllah) dalam perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Matematika. Untuk itu saya akan menulis tentang salah satu hal yang paling berkesan dalam perkuliahan tersebut.

Mengkhawatirkan, Netral, Berpengharapan ....

Adalah tiga ungkapan yang masing-masing menggambarkan situasi yang berbeda. Tiga ungkapan (yang disandingkan) yang baru saya dengar pertama kalinya dari dosen Perencanaan Pembelajaran Matematika UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yaitu Dr. Marsigit M.A. Beliau menggunakannya mana kala menemukan istilah/ungkapan yang menunjukkan tingkat/kadar harapan atas aktivitas guru baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi dalam suatu kegiatan pembelajaran. Anda bisa membaca ungkapan-ungkapan tersebut dalam blog beliau Means of Global (http://powermathematics.blogspot.com) tanggal 26 November 2008.

Ungkapan-ungkapan yang menunjukkan dominasi aktivitas guru terhadap siswa, maupun kebiasaan/budaya instan dalam proses pembelajaran, dikelompokkan dalam kategori mengkhawatirkan. Ungkapan-ungkapan yang masih dalam taraf mengkhawatirkan tapi di dalamnya sudah tercermin usaha untuk melibatkan aktivitas dan ada upaya untuk melayani kebutuhan siswa dimasukkan sebagai kategori netral. Sedangkan ungkapan-ungkapan yang mengandung upaya-upaya untuk melibatkan aktivitas, keinginan, dan pelayanan kebutuhan belajar siswa dalam pembelajaran; upaya guru untuk mempersiapkan-melaksanakan-mengevaluasi kegiatan pembelajaran; upaya guru menampilkan matematika sebagai aktivitas sosial atau kegiatan komunikasi yang menyenangkan; upaya guru meningkatkan kualitas dirinya menuju kualitas Kedua; dikategorikan sebagai yang berpengharapan.

Beberapa ungkapan yang dikategorikan sebagai mengkhawatirkan, netral, maupun berpengharapan:

Mengkhawatirkan

Melihat contoh, mengajar, kupas tuntas, mendapat, baik, menjelaskna konsep, berorientasi pada buku teks, berorientasi pada materi/konten, pengajaran langsung, menyampaikan konsep, menyampaikan metode, drill masalah/soal, RPP formal, berpusat pada guru, pengajaran terbimbing, tes, mendominasi, inisiatif guru, metode deduksi, kesimpulan oleh guru, pengajaran ideal, stimulus-respon, ekspositori, metode tunggal, pertanyaan tertutup, transfer ilmu, kurikulum, kurikulum berbasiskan kompetensi, berorientasi pada produk, pendidikan, kebijakan, berorientasi pada sertifikat/ijazah, penentuan nilai, persaingan, eliminasi, menentukan tugas, kata-kata yang dapat dipahami, sombong/angkuh, otoriter, ketergesaan, cara cepat/singkat, hasil secara instan, tidak jujur, tertutup, marah, cemas, mutlak, baik-buruk, dll.

Netral

Aplikasi fase PBM, contoh metode, mendapatkan teknik, mengajar menarik, buku teks, tanam konsep, mendapatkan model, dll.

Berpengharapan

Bagaimana penilaian, LKS, PBM, mengembangkan keterampilan berpikir, mengembangkan hubungan, model aktif reaktif, dapat merencanakan RPP, RPP informal, inisiatif siswa, kebutuhan siswa, lingkungan, tim teaching, LKS, matematika realistik, pemecahan masalah, pendekatan multikultural, kreativitas siswa, membangun konsep, konstruktivisme, problem possing, asesmen, portofolio, memfasilitasi kebutuhan belajar siswa, pembelajaran individual, belajar kelompok, matematika sebagai aktivitas sosial, metode montessori, membangun secara psikologi, pembelajaran berbasiskan permasalahan, metode induktif, kesimpulan oleh siswa, manajemen kelas, pembelajaran kooperatif, motivasi siswa, tutor teman sebaya, metode yang bervariasi, pembelajaran kontekstual, sumber pembelajaran yang bervariasi, asesmen otentik, asesmen berbasis kelas, kurikulum berbasis sekolah, e-learning, TIK (Teknologi Informasi dan Komputerisasi), metode diskusi, pertanyaan terbuka, metode pembelajaran inquiri, aktivitas yang menyenangkan, contoh persoalan matematika dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan berorientasi proses-produk, pembelajaran di luar kelas, pendidikan untuk semua, pendidikan sepanjang hayat,life skill, isu-siu HAM, isu-isu gender, memperbaiki, kolaboratif, realistis, demokratis, keinginan/kehendak, komunikasi, terbuka, bervariasi, fallibism, omnijektif, dll.

Ketiga ungkapan tersebut biasanya beliau tuliskan dengan sebuah garis vertikal sebagai batasannya. Ungkapan-ungkapan yang 'mengkhawatirkan' dituliskan di sebelah kiri garis vertikal, ungkapan-ungkapan 'netral' dituliskan pada garis vertikal, dan ungkapan-ungkapan 'berpengharapan' dituliskan di sebelah kanan garis vertikal. Beruntung saya sempat mendokumentasikannya. Inilah yang pernah beliau tuliskan suatu ketika dalam kuliah Perencanaan Pembelajaran Matematika.

Refleksi Diri:

Mari kita renungkan, selama ini kita berada dalam kategori mana? Mengkhawatirkan, netral, ataukah berpengharapan? Semakin jauh kita dari kategori berpengharapan, maka semakin banyak usaha yang kita butuhkan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam pembelajaran untuk melayani kebutuhan belajar siswa kita, bukan kebutuhan bagi diri kita (guru) yang biasanya disalahkaprahkan dengan pemenuhan tugas pokok semata.

Yang harus kita cemaskan adalah mana kala kita telah merasa 'aman' dengan apa yang telah kita lakukan, merasa selama ini tidak ada masalah, baik-baik saja dan tak perlu ada yang perlu berubah dan dirubah. Jika demikian adanya maka sesungguhnya kita berada dalam taraf yang sangat mengkhawatirkan, bahkan mungkin membahayakan (!).

Share:

Sabtu, Desember 27, 2008

Guru Matematika yang Profesional: Sebuah Tanggapan

Dr. Marsigit M.A. dalam blognya Pembelajaran Matematika (http://pbmmatmarsigit.blogspot.com) menyampaikan bahwa indikator Guru Matematika yang Profesional terdiri dari 37 butir. Saya berpikir apakah jumlah indikator tersebut terlalu banyak atau malah sebaliknya terlalu sedikit. Barangkali masih banyak indikator lain yang belum beliau tuliskan? Saya belum bisa mengetahui jawabannya. Tetapi menurut saya sendiri yang masih harus banyak belajar dari ilmu dan pengalaman-pengalaman beliau, ke-37 indikator tersebut benar adanya memang seharusnya dapat dipenuhi dalam rangka meniti upaya untuk menjadi guru matematika yang profesional. Namun saya merasa masih sangat jauh dari predikat tersebut. Entah berapa butir atau mungkin hanya sebutir yang sudah (sedang) saya upayakan.

Menurut versi saya sendiri, guru matematika yang profesional adalah guru matematika yang ikhlas dan konsisten (istiqomah) dalam menjalankan tugas profesinya, punya kemauan untuk terus belajar, serta berkemauan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap dirinya.

Guru matematika yang profesional selalu ikhlas dan istiqomah dalam menjalankan tugas profesinya. Setiap pekerjaan, seringan apa pun pasti mempunyai tantangan atau kendala, apalagi profesi sebagai guru. Kendala yang dihadapi dari hari ke hari bukan semakin sedikit malah makin bertambah. Kenyataan yang terjadi bahwa semakin majunya perkembangan jaman bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi dengan semakin majunya teknologi informasi sangat bermanfaat untuk meringankan tugas guru dalam kegiatan pembelajaran seperti memperoleh sumber atau bahan belajar yang beragam, metoda pembelajaran yang bervariasi, media dan alat pembelajaran, dan sebagainya. Akan tetapi ternyata perkembangan jaman juga membawa permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan beberapa dekade sebelumnya.

Tantangan yang dimaksud diantaranya:

  • Perubahan persepsi sosok guru di mata siswa, guru tidak lagi dipandang sebagai sosok yang serba tahu, serba bisa, para siswa sekarang lebih memposisikan sosok guru sebagai mitra belajar.
  • Tuntutan dan harapan yang semakin kuat dari (sebagian) orang tua siswa terhadap peran guru di sekolah terkadang menambah beban berat bagi guru. Misalnya, orang tua berharap agar guru mampu mencerdaskan, membimbing, mengubah prilaku buruk siswa, serta mampu membuat siswa siap bersaing di dunia kerja.
  • Peran media massa maupun elektronik yang tidak imbang dalam menyajikan berita. Terlalu mengekspos berita-berita penyimpangan atau kesalahan guru, misalnya tindak kekerasan di sekolah, membuat para guru harus lebih berhati-hati dalam melangkah. Karena kesalahan yang dilakukan dapat dicap sebagai pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia). Sementara peran guru yang berprestasi dan berhasil dalam mendidik siswa tidak banyak diketahui masyarakat.
  • Berlimpah ruahnya informasi baik di buku, majalah, koran, TV, radio, maupun internet membuat guru harus pandai memilah dan memilih informasi yang benar-benar bermanfaat dan menyehatkan bagi pikiran dan jiwanya. Tak sedikit guru yang menjadi pencandu bacaan dan tontonan porno. Bagaimana mungkin guru yang demikian dapat berbicara masalah moral di hadapan siswanya sementara ia sendiri tidak mampu memberikan contoh yang baik, guru-guru yang demikian akhirnya akan menjadi guru yang munafik.

Lalu bagaimana implikasinya terhadap guru? Segala tantangan yang ada seyogyanya tidak menjadikan guru mandeg, berhenti berusaha, namun malah dijadikan sebagai ladang amal (meminjam istilah Aa Gym), menjadikan tugasnya mendidik siswa sebagai usahanya meningkatkan kualitas diri dengan terus berusaha melakukan hal-hal bermanfaat yang dapat ia sumbangkan sekecil apa pun itu untuk kemajuan para peserta didik, dunia pendidikan, dan secara langsung ataupun tidak, berimbas juga bagi kemajuan dirinya. Selanjutnya konsisten dengan usahanya disertai kemampuan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian ia akan merasa ikhlas akan apa yang dikerjakannya, tidak merasa terbebani dan selalu optimis.

Guru matematika yang profesional berkemauan kuat untuk terus belajar. Ia tidak akan merasa puas dengan ilmu yang telah dimilkinya. Semakin banyak tahu akan semakin merasa lebih banyak hal yang tidak ia ketahui. Khususnya dalam dunia matematika dan sains, teori-teori lama bisa terbantahkan oleh teori-teori maupun penemuan-penemuan baru. Jika seorang guru matematika tidak mau belajar dalam arti tidak mau mengupdate ilmu dan informasi kematematikaannya, ia akan tertinggal oleh guru lain atau bahkan oleh siswanya sendiri.

Bagaimana caranya agar guru mau selalu belajar? Pertama, ingatlah bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Hebatnya kita dihadapan siswa dengan 'serba bisa' membahas soal yang sulit misalnya, adalah karena sebelumnya telah belajar atau mempersiapkan diri untuk 'bisa' mengerjakan soal tadi. Dengan kata lain, guru telah mendapatkan pengetahuan lebih dahulu dari siswa. Dengan semakin cepatnya mengakses informasi dan ilmu bukan hal mustahil suatu ketika kita akan tertegun bahkan tergagap tatkala siswa menyodorkan permasalahan yang tidak kita ketahui. Kedua, bukankah ada jaminan dari Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Mujadah ayat 11 yaitu "Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Sedangkan Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya menjelaskan, "Barangsiapa yang menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan menunjukinya satu jalan di antara jalan ke jannah." (Riwayat Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Semoga akan menjadi daya dorong yang kuat untuk kita agar memiliki kemauan yang kuat untuk terus belajar.

Guru matematika yang profesional mau melakukan evaluasi dan refleksi terhadap dirinya. Tak ada guru yang tidak pernah melakukan kesalahan. Entah disadari atau tidak, pasti pernah suatu ketika berbuat salah baik kesalahan dalam berprilaku maupun kesalahan dalam menyampaikan konsep, materi, contoh, atau salah dalam menyelesaikan soal. Bagaimana kalau kesalahan-kesalahan guru selama kegiatan pembelajaran tidak segera diperbaiki? Tentunya siswa yang akan dirugikan dan disesatkan. Itulah sebabnya, betapa pentingnya guru melakukan evaluasi dan refleksi. Evaluasi diri dapat menilai sudah sejauh mana usaha yang dilakukan, adakah kendalanya, bagaimana hasilnya, bagaimana tanggapan siswa, adakah yang merasa tidak nyaman dengan pembelajaran yang dilaksanakan, apa akibatnya bagi siswa, dan apa akibatnya bagi guru.

Setelah guru melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakannya, ia dapat merefleksikan dirinya, ia dapat merancang dan memperbaiki kesalahan-kesalahan, menambah hal-hal yang positif untuk upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika, peningkatan pelayanan bagi kebutuhan belajar siswanya serta peningkatan bagi kualitas dirinya. Kualitas Kedua tentu saja.

Jika saya coba hubungkan ciri guru matematika yang profesional versi saya dengan hasil telaah Pak Dr. Marsigit M.A. barangkali akan seperti berikut ini:

  • Guru matematika yang ikhlas dan konsisten (istiqomah) dalam menjalankan tugas profesinya, dengan indikatornya nomor: 4 – 12, 16 – 20, 27, 30, 40 (31) dan 44 (35) .
  • Guru matematika yang punya kemauan untuk terus belajar, dengan indikatornya nomor: 1 – 3, 15, 21, 23, 24, 29, 41 (32), 42 (33), 43 (34), dan 45 (36).
  • Guru matematika yang punya kemauan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap dirinya, dengan indikatornya nomor: 13, 14, 22,25, 26 28, dan 46 (37).

Akhirnya, semoga sebanyak apa pun indikator yang diperlukan untuk mencapai suatu predikat guru matematika yang profesional tidak menjadikan nyali kita sebagai guru matematika menjadi ciut. Semuanya berpulang kepada diri guru masing-masing. Adakah kemauan untuk berusaha mencapainya, adakah upaya walau pun baru sedikit, untuk melakukan yang terbaik bagi para siswanya dalam kegiatan pembelajaran matematika. Marilah kita semuanya, sebagai guru matematika, berupaya untuk berdaya. Memberdayakan diri kita untuk kemajuan peserta didik, dunia pendidikan, dan dunia matematika. Serta meningkatkan kualitas diri ke kualitas Kedua. Semoga.

Share:

Jumat, Desember 26, 2008

Alamat Blog Mahasiswa Program Sertifikasi Guru Matematika SMP (UNY-2008)

Berikut ini adalah alamat-alamat blog mahasiswa Program Sertifikasi Guru Matematika SMP yang saya dapatkan dari kumpulan follower blognya Bapak Dr. Marsigit M.A. (Pembelajaran Matematika, http://pbmmatmarsigit.blogspot.com). Mohon maaf jika ada yang belum termuat, mohon konfirmasinya agar bisa saya tambahkan.

Saya punya usul buat teman-teman semua, bagaimana kalau kita saling follow (jadi follower blog teman satu sama lain) agar dapat membentuk semacam jaringan guru-guru matematika. Manfaatnya, kita bisa lebih mudah berkomunikasi, kan tinggal klik foto follower yang ingin kita lihat blognya. Dapat lebih cepat berbagi ilmu dan informasi, dan kalau masa kuliah kita nanti sudah berakhir, kita saling berjauhan (wah saya jadi sedih duluan), mudah-mudahan tali silaturrahim dapat tetap terjalin. Gimana, setuju kan? OK, ayo kita saling follow/ikuti (benar tidak ya istilahnya?).

Achmad Agus Sutrisno, S.Pd. http://achmadagussutrisno.blogspot.com

Achmad Fauzi, M.Pd.http://achfaozie28.blogspot.com

Ade Tatang Muharam, S.Pd.http://atmmuharam.blogspot.com

Adi Undang M, S.Pd.http://adiundangmulyo.blogspot.com

Agus Ahmad, S.Pd.http://agahsalam.blogspot.com

Agus Supranto, S.Pd.http://agusmat.blogspot.com

Asep Rahmat Saepulloh, S.Pd.
http://asmatkalijati.blogspot.com

Budiharjono, S.Pd.http://budiharjono.blogspot.com

Dede Sudjadi, S.Pd.http://dedesudjadimath.blogspot.com

Encep Supyan, S.Pd.http://enceppbmmat.blogspot.com

Eni Rohayatun, M.Pd.http://tokoniha.blogspot.com

Euis Kurniawati, S.Pd.http://myaghnee.blogspot.com

Faizah, S.Pd.http://faizah-guru.blogspot.com

Imam Santoso, S.Pd.http://imamgoco.blogspot.com

Iwan Sumantri, S.Pd.http://iwansmtri.blogspot.com

Karso Mulyo, S.Pd. MT.http://batang-karso.blogspot.com

La Ode A. Alam UB, S.Pd. http://laodealam.blogspot.com

Mintarjo, S.Pd. http://mintarjospd.blogspot.com

Mulyati, S.Pd., MM.http://mulyatisolo.blogspot.com

Nunung Nurjanah, S.Pd.http://seruny.blogspot.com

Puji Haryanto, S.Pd.http://pujiharyanto.blogspot.com

Rinawati, S.Pd. http://matematikapleret1.blogspot.com

Sairan, S.Pd.http://sairanuny.blogspot.com

Slamet Riyadi, S.Pd.http://espokatmath.blogspot.com

Sri Anjayani, S.Pd.http://anjayanimath.blogspot.com

Sugi Paryanto, M.Pd.
http://sugiparyanto-sugiparyanto.blogspot.com

Sugiyanta, S.Pd., M.A.http://mathsugiyanta.blogspot.com

Suharna, S.Pd.http://suharnasmp1ngawen.blogspot.com

Suherman, S.Pd.http://suhermanmath.blogspot.com

Sukandar, S.Pd.http://kandarsmp01rand.blogspot.com

Sulastri, S.Pd.http://pbmmat.blogspot.com

Suprapto, S.Pd., M.Si. http://supraptomath.blogspot.com

Teguh Waluyo, S.Pd.http://teguhwaluyouny.blogspot.com

Tri Mulyono ES, S.Pd.http://trimulyonoes.blogspot.com

Zulfa Ridaka, S.Pd.http://zulfasertifikasi.blogspot.com


Share:

Selasa, Desember 23, 2008

RPP MATEMATIKA SMP (LESSON PLAN)

Jika anda ingin melihat gambar dengan ukuran yang lebih besar, silahkan pilih:
1. 'klik' mouse kanan satu kali, kemudian 'klik' Open Link in New Window, 'klik' Save Image as (jika anda ingin menyimpannya). atau
2. 'klik' mouse kiri satu kali, setelah terbuka, 'klik' mouse kanan satu kali, 'klik' Save Image as (jika anda ingin menyimpannya).




Share:

Sabtu, Desember 20, 2008

Jari Hitam Putih

Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas VII H SMPN 2 Binong Menggunakan Jari Hitam Putih

Euis Kurniawati, S.Pd.

SMP Negeri 2 Binong (SMP Negeri 1 Tambakdahan) Jl. Tambakdahan No. 53 Kec. Tambakdahan Kab. Subang

myaghnee@yahoo.co.id


Abstrak

Kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran matematika biasanya disebabkan oleh lemahnya penguasaan konsep dasar matematika. Salah satu konsep dasar diantaranya adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Melalui makalah yang berjudul Meningkatkan Pemahaman Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Siswa Kelas VII H SMPN 2 Binong Menggunakan Jari Hitam Putih ini penulis berupaya menyampaikan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan dasar tersebut dengan suatu media/alat peraga yang belum pernah digunakan sebelumnya. Media/alat peraga yang dimaksud berupa model tangan berwarna hitam (punggung tangan) dan warna putih (telapak tangan). Masalah penelitian dibatasi hal-hal berikut: materi yang diteliti adalah Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat; subyek penelitian adalah siswa kelas VII H SMPN 2 Binong dengan jumlah siswa 42 orang terdiri dari siswa laki-laki 19 orang dan perempuan 23 orang; kemampuan siswa yang diukur adalah pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat; penelitian dilaksanakan selama 2 minggu (14-28 Agustus 2007) dengan dibantu oleh seorang observer. Hasil yang diperoleh adalah adanya kenaikan rata-rata nilai tes dari 50,05 menjadi 75,89 serta kenaikan pencapaian ketuntasan belajar klasikal dari 28,57% menjadi 69,05%.

Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Penjumlahan dan Pengurangan, Bilangan Bulat, Jari Hitam Putih

Konsep Jari Hitam Putih

  • Warna :
    a. putih (telapak tangan)     → bilangan positif
    b. hitam (punggung tangan)    → bilangan negatif
  • Posisi bilangan :
    a. bilangan pertama (tangan kiri atau siswa/orang sebelah kiri)
    b. bilangan kedua (tangan kanan atau siswa/orang sebelah kanan)
  • Operasi hitung :
    a. Penjumlahan : Tangan kanan tidak dibalikkan.
    b. Pengurangan : Tangan kanan dibalikkan.
  • Hasil :
    a. Sisa (jari hitam atau putih yang tidak dapat dipasangkan dengan warna lawannya)
    b. jumlah seluruhnya(jika warna jari yang tampak sama semuanya)
    c. nol (0) (jika jari hitam dan putih dapat dipasangkan seluruhnya)

    Contoh soal :

1. Penjumlahan

a. Hitunglah hasil dari 3 + (-2) = ….


Jawaban :         

Gambar 1a menunjukkan 3 jari putih dan 2 jari hitam. Gambar 1b menunjukkan jari warna berbeda dipasangkan, tersisa satu jari warna putih berarti hasilnya adalah 1.

b. Hitunglah hasil dari (-2)+(-5)=….

Jawaban :

Operasi hitung dari soal di atas adalah penjumlahan maka tangan kanan tidak dibalikkan. Sehingga yang tampak 7 jari hitam berarti hasilnya adalah -7.(Gambar 2)

2. Pengurangan

a. Hitunglah hasil dari 2 – 5 = ….

Jawaban :

Pada gambar 3a ditunjukkan 2 jari kiri putih dan 5 jari kanan putih. Karena operasi hitungnya pengurangan, maka tangan kanan dibalikkan menjadi 5 jari hitam (gambar 3b). Kemudian kedua warna jari yang berbeda dipasangkan, tersisa 3 jari hitam berarti hasilnya -3 (gambar 3c).

b. Hitunglah hasil dari (-2) – (-5) = ….

Jawaban :

Pada gambar 4a ditunjukkan 2 jari kiri hitam dan 5 jari kanan hitam. Karena operasi hitungnya pengurangan, maka tangan kanan dibalikkan (gambar 4b) menjadi 5 jari putih. Kemudian kedua warna jari yang berbeda dipasangkan, tersisa 3 jari putih berarti hasilnya 3 (gambar 4c).



Catatan:
1. Pada tahap awal, menggunakan alat peraga berupa model telapak tangan dua warna hitam (punggung tangan) dan putih (telapak tangan).
2. Untuk selanjutnya setelah konsep Jari Hitam Putih dapat dipahami oleh siswa, alat peraga diganti oleh tangan siswa sendiri. Dengan demikian alat peraga tidak akan pernah tertinggal, anti maling, tidak takut disita saat tes atau ujian. Selain itu juga praktis dan dapat dipakai seterusnya.
Share:

Usaha-usaha Saya untuk Meningkatkan PBM Matematika Menuju Kualitas Kedua (antara teori dan pengalaman/kenyataan)

I. Pengertian Kualitas Kedua dalam Matematika, Pendidikan Matematika, dan Pembelajaran Matematika

Menurut Bapak Dr. Marsigit M.A., kualitas seorang guru Madya, guru Dewasa, dan guru Pembina dapat dibedakan sebagai berikut:

  • Kualitas Kesatu, yaitu penampakan secara fisik yang dapat terlihat oleh indra penglihatan kita secara langsung. Misalnya: guru A badannya kurus, berambut keriting atau guru B berkacamata dan memakai kemeja warna biru, dan sebagainya.
  • Kualitas Kedua, yaitu penampakan secara bathiniah (inner) dalam diri seorang guru, bisa jadi terpancar keluar berupa tindakan dan tingkah laku dalam melakukan kegiatan pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Kualitas Kedua menunjukkan tingkat kualitas yang lebih tinggi dari kualitas Kesatu/pertama. Ungkapan/utterances kualitas Kedua pernah saya postkan sebelumnya, berikut saya coba repostkan beberapa ungkapan yang telah dibahas oleh Dr. Marsigit M.A. diantaranya:
    Apodictic: menunjukkan bahwa matematika bersifat ketat (logika matematika jelas/ketat) bisa dibedakan benar salahnya.
    Anomali: istilah sosial (reaksi), sikap (ambivalensi), agama (kemunafikan), sedangkan dalam matematika berarti 'kontradiksi' atau pertentangan.

    Kontradiksi dalam matematika →kebenaran matematika bersifat koheren ( sesuai dengan janjinya), semua diturunkan sesuai janjinya.

    Korespondensi (dicocokkan dengan faktanya).
    Paralogisism: bagi manusia bisa bermacam-macam tuhan.
    Antinomi: dewa-dewa banyak sehingga suka berperang.
    Ampibol: kebohongan (guru terhadap siswa, misalnya memberikan tugas kepada siswa tapi hasilnya tidak dinilai/dikoreksi).
    Fallibist: pandangan yang salah pun sudah melakukan matematika. (belum paham nanti mau bertanya lagi, hehe).
    Monism: (1), tapi 1 disini berarti kuasa tuhan (Yunani: tohen). Artinya semuanya untuk 1, dan semuanya berasal dari yang 1.
    Teleologi: di dunia ini apa sih yang tidak berasal dari 1 titik? Garis dapat dipandang sebagai titik tak jereng, bidang dapat dipandang sebagai titik tak jereng, bola dapat dipandang sebagai titik tak jereng, dan sebagainya.
    Arsitektonik: Dunia yang kita lihat adalah apa (dunia) yang kita pikirkan. Penerapannya dengan menggunakan analogi, misalnya kalau ingin menengok matematika tengoklah pikiran anda, matematika tidak lain dan tidak bukan adalah pikiran anda. Matematika bukan buku paket, LKS, kalkulus, dan sebagainya.
    Isomorphis: hubungan bangun matematika (misalnya guru dan siswa), terjadi hubungan pemetaan.
    Epistemologis: cara/teknik/strategi/trik/pendekatan/metodologi, cara mengambil sesuatu (pengetahuan/konsep) secara halus tanpa disadari (dipaksakan).
    Judgment: menurut Bloom (evaluasi) berarti pengambilan keputusan. Merupakan tahap berpikir yang paling tinggi. Menurut filsafat: matematika adalah ilmu mengambil keputusan (bagaimana siswa dapat mengambil keputusan) menuju kualitas Kedua.
    Apriori: belum melihat (orangnya, bendanya), Cuma katanya (tentang benda).
    Aposteriori: mencoba melihat dulu (melihat bendanya). Contoh dalam matematika: belum pernah mengukur keliling bumi tapi dapat menghitung/memperkirakan kelilingnya, segitiga yang kita gambar adalah hanya model yang terdiri dari kapur atau spidol.
    Subserve: jenis pengetahuan (melihat langsung/mendengar langsung dari sumber/pelaku asli).
    Superserve: jenis pengetahuan tanpa melihat langsung (Cuma katanya, mendapat informasi dari orang lain yang bukan sumber/pelaku asli).
    Ontologis: ilmu hakekat, ilmu yang paling dalam dan paling luas (tidak ada yang dapat membantah). Contoh: manusia ciptaan Tuhan, hakekat metamatika sekolah, hakekat iman dan takwa, hakekat belajar, dan sebagainya.
    Hologram: karena banyaknya karakter pribadi yang tertimpa pada saat yang bersamaan, maka respon bisa nberubah-ubah, bisa A, B, C, dn sebagainya. Contoh: Pada saat bersamaan ada undangan rapat, pilih yang paling penting dan memungkinkan untuk diikuti sesuai situasi dan kondisi.
    Phenomenologi: mengambil sifat yang diperlukan saja (yang penting-penting saja). Contoh: dalam menyusun soal tes bagi siswa SMP tentang segitiga tidak perlu diuraikan terbuat dari apa, jenis kayunya apa, dan sebagainya. Cukup bentuk dan ukuran yang diperlukan dalam soal.
    Transcendent: dibicarakan/diperdebatkan tapi tidak ada barangnya. Contoh: wukuf.
    Intuisi: wadah benda yang kita pikirkan, terdiri dari intuisi ruang dan intuisi waktu. Contoh: jika ada mahasiswa tidur saat kuliah berlangsung, apakah intuisi waktu atau intuisi ruang?

    Ungkapan-ungkapan yang belum tergali lebih banyak lagi dan bisa saja timbul dari pengalaman unik setiap guru di sekolah. Meskipun baru sedikit yang saya ketahui namun cukup kiranya sebagai stimulan bagi tumbuhnya kesadaran dalam diri bahwa apa yang saya pikirkan, apa yang saya lakukan selama ini di kelas sungguh belum mencapai kualitas Kedua yang diharapkan.

    Kesalahan yang seringkali terjadi adalah saya masih beranggapan bahwa semua siswa dapat menerima cara saya mengajar, 'kesombongan' saya di depan kelas yang terkadang merasa sebagai seorang sutradara yang telah mampu mengatur alur kegiatan pembelajaran dengan baik. Merasa apa yang saya lakukan telah maksimal.

    Saya seperti orang yang sedang termenung dan dikejutkan dengan kenyataan yang ada. Agak tergeragap memang, tapi semoga kesadaran baru ini memenuhi rongga pikiran saya. Kualitas Kedua, untuk menggapainya memerlukan perjuangan keras dan tak kenal lelah. Sementara saya akan memulainya dengan hal-hal yang sederhana tapi sangat penting untuk langkah kedepan lebih jauh lagi.

    II. Usaha-usaha Saya

    1. Menumbuhkan kesadaran, terhadap:
      • Keunikan setiap pribadi siswa saya.

        Di kelas saya ada sekitar 45 siswa, manusia yang mempunyai berbagai hal yang berbeda. Cara berpikir yang berbeda-beda, potensi yang berbeda pula. Keadilan dalam memperlakukan siswa saya tidak berarti sama rata sama rasa akan tetapi juga adil dalam melayani kemampuan belajar yang berbeda di antara mereka. Bagaimana saya seharusnya memperlakukan siswa pandai tanpa meninggalkan siswa saya yang lambat dalam belajar. Bagaimana meramu dan mendesain program pembelajaran yang menyenangkan dan tidak monoton.

      • Sosok guru yang semestinya.

        Guru adalah sosok yang seharusnya digugu dan ditiru. Itu berlaku dua atau tiga dekade lampau. Dalam artian sosok guru sebagai satu-satunya sumber dan pedoman siswa dalam belajar. Akibat negatif dari anggapan ini adalah sikap guru yang sombong, anti terhadap kritik dan saran yang bermanfaat, merasa diri paling pintar di kelas atau di sekolah sehingga tidak mau belajar hal-hal atau ilmu pengetahuan yang terus berkembang dalam hitungan detik. Dengan kata lain guru merasa sudah cukup dengan ilmu yang dimilikinya.

        Guru seharusnya selalu merasa haus akan ilmu dan informasi baru yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bidang ilmu yang diajarkannya. Selalu ingin tahu kemajuan apa yang diperoleh guru lain di tempat lain, agar ia tidak berjalan di tempat namun senantiasa maju bersama dengan para siswanya.

        Yang paling penting, guru seharusnya mempunyai kepedulian yang tinggi dan peka terhadap kebutuhan belajar para siswanya. Selalu ingin tahu penyebab ketidak berhasilan pembelajaran di kelasnya.

      • Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

        Setiap kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Kita kadang terlena dengan tujuan pembelajaran yang tertera dalam silabus semata. Jika tujuan itu telah tersampaikan maka dianggap tujuan pembelajaran telah tercapai.

        Tujuan pembelajaran seperti itu hanyalah tujuan jangka pendek. Sedangkan tujuan pembelajaran yang sejatinya adalah bagaimana caranya agar jiwa yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran seperti keuletan, ketekunan, sifat pantang menyerah, kemampuan mengkomunikasikan ide dan gagasan, kemampuan berpikir kritis dan logis dapat terserap dalam prilaku keseharian siswa. Sebagai bekal dalam menghadapi masalah kehidupan yang sebenarnya.

    2. Merubah orientasi berpikir, yaitu:
      • Siswa adalah subjek dalam kegiatan pembelajaran, sehingga ia boleh saja ikut menentukan pilihan-pilihan dalam kegiatan pembelajaran di kelasnya. Seperti memilih model pembelajaran yang sesuai, memilih jenis dan waktu penilaian, memilih alat dan bahan/media yang sesuai dengan kondisi ekonomi, atau memilih urutan penyampaian materi pembelajaran dalam satu semester.
      • Guru adalah fasilitator dan pelayan bagi siswanya, menyediakan kebutuhan pembelajaran baik berupa media, model pembelajaran, sumber belajar yang diinginkan dan sesuai dengan kondisi siswanya. Namun tidak mendominasi kegiatan pembelajaran.
      • Untuk dapat berubah ke arah yang lebih baik tidak bisa sendirian. Guru harus mampu menularkan Virus inovatif, kreatif, produktif, dan efektif ke guru-guru yang lain agar tercipta perubahan yang menyeluruh.
    3. Memulai perubahan, yaitu:
      • Meningkatkan hubungan secara personal dengan siswa-siwa saya untuk lebih menggali potensi maupun kendala belajar yang mereka hadapi.
      • Meningkatkan wawasan dengan banyak membaca, rajin mendengar dan melihat sumber informasi baik media cetak maupun elektronik.
      • Mengasah kemampuan berpikir kritis agar selalu peduli dan tanggap terhadap segala perubahan yang terjadi dalm dunia pendiidkan.
      • Membiasakan menulis ide, nantinya diaharapkan mampu membuat tulisan dalam bentuk karya ilmiah, buku, dan sebagainya.
      • Membiasakan rajin menulis dalam blog saya.
      • Melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi bilamana dana memungkinkan.
      • Rajin mengikuti kegiatan seminar, pelatihan, yang berkenaan dengan peningkatan kemampuan mengajar.
      • Melakukan penelitian misalnya PTK, sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelasnya.
      • Membuat alat bantu pembelajaran atau alat peraga yang ekonomis, praktis namun efektif bagi kegiatan pembelajaran.
      • Melaksanakan Lesson Study.
      • Terlibat aktif dalam kegiatan MGMP di sekolah maupun di daerah saya agar terjadi sharing ilmu maupun pengalaman dengan sesama guru matematika yang nantinya diharapkan dapat bersama-sama maju menuju kualitas Kedua.
    4. Mengevaluasi dan refleksi.
      • Mengisi agenda guru agar kegiatan yang telah dilakukan terekam dengan baik. Cara ini sangat penting terutama bagi guru yang pelupa, yang terkadang tidak ingat terhadap tugas atau PR yang telah diberikan di kelas.
      • Membiasakan diri membuat catatan kecil mengenai hal-hal atau kejadian-kejadian penting dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, misalnya sikap beberapa siswa terhadap kegiatan pembelajaran di kelas VII A, pertanyaan kritis siswa pandai, komentar siswa, dan sebagainya.
      • Sering melakukan dialog dengan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kesan-kesan, kesulitan, hal-hal menarik yang mereka alami dan sebagainya.
      • Meminta bantuan rekan guru matematika untuk menanyakan kesan-kesan siswa terhadap pembelajaran yang telah saya sampaikan. Dengan cara ini, biasanya siswa lebih jujur karena tidak ditanya langsung oleh guru yang mengajar di kelasnya.
      • Melakukan diskusi dengan rekan guru matematika yang ada di sekolah terhadap masalah-masalah dalam pembelajaran matematika yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan melaksanakan PTK.

    Upaya yang saya lakukan belum cukup dan tidak pernah cukup untuk mencapai kualitas Kedua dalam matematika, pendidikan matematika, dan pembelajaran matematika. Namun mudah-mudahan apa yang saya upayakan dapat menjadi suatu titik awal yang berpengharapan agar saya dapat mencapai kualitas Kedua di masa mendatang. Semoga.

  • Share:

    Minggu, Desember 14, 2008

    Alhamdulillah ...

    Rabu 10 Desember 2008, pukul 17.31 waktu Yogyakarta, aku keluar dari pintu gerbang Rumah Sakit Panti Rapih. Inilah saat-saat yang selalu kunantikan setelah 12 hari lamanya terbaring di ruang perawatan. Keharuan menyergap seketika, ya Rabb puji syukur atas segala yang telah Engkau rencanakan, syukur tak terhingga atas kesempatan hidup yang masih Kau berikan padaku.

    Auto Imun Hemolitic Anemia(AIHA) atau Anemia Hemolitik Auto Imun ...
    Penyakit yang menyerangku bukan anemia biasa. Anemia ini terjadi ketika zat imun atau anti body dalam tubuh salah mengenali hemoglobin (hb) sebagai musuh yang harus dihancurkan (reaksi autoimun). Aksi anti body yang menyerang hemoglobinku ini menyebabkan kadar hb dalam darahku drop mencapai 5,7 g% dari kisaran normal yang seharusnya 12 g% (untuk perempuan, 16 g% untuk laki-laki).
    Menurut dr. Tyasmono AP, Sp.PD dan dr. Elias Parjono,Sp.PD,KHOM yang menanganiku selama perawatan, AIHA sering tidak diketahui secara jelas penyebabnya (idiopatik), tetapi sebagian besar kasus yang terjadi pada perempuan. Transfusi darah dapat membahayakan bagi penderita AIHA karena anti body dalam tubuh akan selalu melawan dan merusak hemoglobin dari darah yang ditransfusikan meskipun dari golongan darah yang sama. Serta dapat menyebabkan jumlah anti body yang semakin banyak dalam tubuh pasien.

    Gejala ...
    Yang kurasakan: Setelah beraktifitas misalkan jalan kaki atau naik tangga: kepala pusing atau pening , denyutan/aliran darah di kepala terdengar seperti suara mesin mobil mogok, rasa mual, nafsu makan menurun, cepat berkeringat dingin, detak jantung cepat dan nafas sesak, terjadi terus menerus selama 3 minggu (yang kualami).
    Yang nampak: kulit wajah pucat berlanjut ke tangan, kaki dan seluruh tubuh seperti warna kulit mayat, kuning pucat. Air seni berwarna coklat pekat seperti air teh.

    Penanganan ...
    Pengobatan tergantung dari penyebabnya (sumber:http://medicastore.com/">):
    1. Jika penyebabnya tidak diketahui (idiopatik, diberikan kortikosteroid (misalnya prednison) dosis tinggi, awalnya melalui intravena (disuntikkan), selanjutnya per-oral (ditelan),
    2. limpa diangkat/dibuang, agar limpa berhenti menghancurkan sel darah merah yang terbungkus oleh anti body,
    3. Diberikan obat yang menekan sistem kekebalan (misalnya siklosporin atau siklofosfamid.
    Untuk kasusku, pagi hari aku diberikan suntikan 125 mg medikson dan 16 mg methylprednisolone, siang 32 mg methylprednisolone, ditambah folavit 3x1 dan ferofort 2x1.

    Kesan...
    Tak percaya ...
    - Saat kodisiku drop, muntah-muntah dan hampir pingsan di kamar kos, kemudian harus dirawat di RS Panti Rapih (Sabtu, 29 Nopember 2008),
    - Saat suamiku pergi ke PMI dan kemudian menelpon mengabari bahwa semua sampel darah golongan A yang ada di PMI gagal di cross testkan dengan sampel darahku, akibat anti body dalam tubuhku yang selalu melawan dan menyerang sel darah merah yang di teskan. Itu berarti aku tidak dapat ditransfusi, sementara kondisiku makin memburuk. Aku dan suamiku menangis bersama. Hati kami sedih, bingung, dan buntu.
    Sementara hari sudah malam dan dokter baru besok harinya bisa ditemui untuk dapat menangani keadaanku.
    Ya Allah SWT, jika hemoglobin dalam darahku habis, apa yang akan terjadi? Inikah akhir perjalanan hidupku? Bagaimana dengan anakku ... Dede Aghniya, maafkan umi yang belum sempat membimbingmu untuk lebih mengenal Rabbmu. Sayang, hapunten umi...
    - Saat dokter mengatakan masih ada cara yang dapat ditempuh untuk menolongku selain transfusi darah. Subhanallah ... kalimat terindah yang kudengar hari itu.
    Sedih ...
    - Mengingat dosa-dosa yang belum kumintakan maaf pada orang-orang yang sengaja maupun tidak sengaja telah kulukai hatinya,
    - Belum dapat membahagiakan dan berbakti pada orang tuaku,
    - Mengingat waktu yang telah kubuang tanpa dapat kembali untuk memperbaiki kesalahan yang telah terjadi,
    - Banyak rencana dan cita-cita yang belum tercapai,
    - Saat mendapat menstruasi dan kadar hbku menjadi 5,2 g%,
    - Saat menginjak hari ke-10 aku dirawat, merayakan Idul Adha berdua dengan suamiku di rumah sakit. Suara takbir bersahutan di luar sana membangkitkan kesedihan yang mendalam, tetapi juga memberikan kekuatan dan semangat untukku berjuang melawan
    penyakit ini. Ya Allah aku ingin cepat sembuh.
    Terharu ...
    - Atas doa ibuku yang begitu menyejukkan, kasih sayang seorang ibu tak terhalang jarak dan waktu ...
    - Doa dan perhatian dari sahabat, teman kuliah, rekan kerja, dan kerabat.
    Kagum ...
    - Atas penanganan dan pelayanan tim dokter, perawat RS Panti Rapih yang profesional dan memiliki etos kerja yang tinggi,
    Tak terlukiskan ...
    - Rasa syukur tak terhingga, tak dapat diungkapkan dengan kata-kata sebanyak apa pun, atas nikmat hidup yang masih Allah SWT berikan untukku. Alhamdulillahirobbil 'alamiin ... terima kasih ya Allah aku masih diberi waktu dan kesempatan, semoga semua ini menjadi peringatan dalam hidupku, agar aku selalu mensyukuri apa pun yang telah Kau berikan, seperti nikmat sehat bagi tubuhku.
    - Rasa bahagia, lega, dan penuh harapan saat hasil tes darah terakhir (Selasa, 9 Desember 2008) menunjukkan kadar hbku naik menjadi 8,0 g%. Itu berarti besok aku sudah bisa pulang dari rumah sakit dan dapat berobat jalan.

    Ucapan terima kasih yang mendalam buat ...
    1. Suamiku tercinta, atas kesabaran, perhatian dan perawatan selama aku di rawat.
    2. Orang tua, mertua dan keluarga besarku di Subang yang selalu menanti kabarku dengan cemas dari jauh,
    3. Nunung "Seruny", hapunten nung tos direpotkeun wae ku Euis...
    4. Noni Nani, mba Dina, mba Susi, kalian benar-benar cantik tapi hati kalian lebih cantik lagi. You are so beautiful, your inner beauty. You are my best friends. Thank you so much girls ...
    5. Bu Oris, Guruh, Adi, Nela, Mut, Ian dan keluarga besar SMP Negeri 2 Binong Kabupaten Subang (SMP N 1 Tambakdahan) terimakasih atas doanya,
    7. Ibu Hj. Siti Aminah, M.Pd; Bunda Yusnidar; Cicih'dede'; Teh Nunung Nurhasanah;Ibu Iin dan semua teman dari SMP Negeri 1 Binong atas perhatian dan doanya,
    8. Teman-teman mahasiswa UNY Program Pendidikan Sertifikasi Guru Matematika, terimakasih atas doa bersama yang telah diberikan untuk saya,
    9. Mas Arif, Nani, Mas Agus dan Neng Zahra, terimakasih atas kunjungannya,
    10. dr. Tyasmono AP, Sp.PD dan dr. Elias Parjono,Sp.PD,KHOM
    11. Dr. Marsigit M.A. Thank you so much for your attention and comments in my blog. I'm here again, sir.
    12. Para perawat, petugas kebersihan, petugas catering dan seluruh karyawan RS Panti Rapih,
    13. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya, hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kebaikan, ketulusan hati anda semua.

    Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kejadian ini, terutama untukku ...
    Share:

    PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    Oleh : Euis Kurniawati, S.Pd.

    I. PENDAHULUAN

    Suatu pembelajaran matematika pada prinsipnya adalah serangkaian proses yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan siswa untuk memahami matematika secara aktif berdasarkan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.

    Belajar matematika bukan semata pandai berhitung tetapi juga memerlukan kecakapan berpikir dan berargumentasi untuk menyelesaikan soal-soal atau permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematika.

    Hilbert & Carpenter (Van de Walle, 2008: 23) menyatakan bahwa para pendidik sepakat bahwa para siswa harus memahami matematika. Sejalan dengan pendapat tersebut teori konstruktivisme menyarankan bahwa anaka-anak harus aktif dalam mengembangkan pemahamannya.

    Untuk mewujudkan suatu pembelajaran matematika yang berpusat pada siswa dengan salah satu gejala yang terlihat adalah meningkatnya aktivitas siswa dalam mengeksplorasi matematika, guru harus mampu mempersiapkan, merancang, dan mengembangkan pembelajaran matematika dari paradigma pembelajaran lama yang masih berpusat pada guru. Persiapan pembelajaran yang harus dirancang oleh guru secara garis besar meliputi persiapan:

    1. Sumber Belajar
    2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
    3. Alat Peraga
    4. Skema Pembelajaran
    5. Kegiatan Assesment
    6. RPP Pembelajaran Matematika


      II. MENYIAPKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP (SEKOLAH

      MENENGAH PERTAMA)

    A. Menyiapkan Sumber Belajar

    1. Pengertian

    Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang memuat informasi, menjadi dasar/acuan baik yang tersedia maupun yang dibuat dan memungkinkan terlaksananya pembelajaran matematika.

    2. Tujuan

    Adapun tujuan dari adanya suatu sumber belajar diantaranya adalah untuk:

    1. Terciptanya atau tercapainya tujuan pembelajaran matematika.
    2. Mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya tentang pembelajaran matematika.
    3. Memperoleh bahan yang sesuai dan tepat dalam pembelajaran matematika.
    4. Memperoleh hasil yang sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam pembelajaran.
    5. Memberi pengalaman yang seluas-luasnya bagi siswa.
    6. Menggali ilmu dan memahami konsep matematika.

    3. Manfaat

    Sedangkan manfaat dari sumber belajar adalah agar:

    1. Tidak terjadi kesalahan konsep-konsep matematika.
    2. Informasi dapat diserap dengan baik.
    3. Menumbuhkan inspirasi dalam pikiran siswa untuk membangun pengetahuan yang baru.
    4. Memudahkan siswa dalam memahami materi matematika yang dipelajari.

    4. Macam/jenis

    Macam-macam sumber belajar, diantaranya:

    1. Lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Misalnya siswa dapat mempelajari tentang jenis, bentuk, warna dan alat reproduksi pada bunga dengan meneliti bunga-bunga di taman atau di kebun.
    2. Media massa, meliputi media cetak (buku, majalah, Koran, tabloid, dll) dan media elektronik (TV, tape recorder, computer, VCD, internet, dll).
    3. Manusia (guru, teman, ahli pada suatu bidang keilmuan atau keterampilan, dll).

    5. Langkah-langkah/strategi

    Langkah-langkah menyiapkan sumber belajar dapat digambarkan berupa urutan sebagai berikut:


    6. Contoh/kasus

    Beberapa contoh/kasus yang terjadi di lapangan:

    1. Guru belum mau bersaing dengan sumber belajar selain dirinya. Kebanyakan masih merasa puas sebagai satu-satunya sumber belajar bagi siswa-siswanya.
    2. Sarana yang ada tidak memadai. Misalnya, sekolah atau daerah belum terjangkau layanan internet (belum terjangkau layanan telpon kabel maupun nirkabel).


    B. Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa)

    1. Pengertian

    LKS adalah lembar kerja yan dibuat oleh guru untuk mengarahkan siswa agar menguasai/memahami konsep-konsep tertentu.

    2. Tujuan

    Tujuan menyiapkan LKS dalam pembelajaran adalah:

    • Sebagai upaya pencapaian penguasaan suatu konsep.
    • Agar konsep lebih mudah dipahami dan tidak cepat dilupakan karena siswa telah berupaya mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang didapatkannya.

    3. Manfaat

    Manfaat adanya LKS adalah:

    • Siswa dapat memahami konsep maupun materi pembelajaran secara lebih mudah.
    • Siswa terbantu dalam memahami konsep karena tanpa disadari oleh siswa, LKS merupakan suatu bentuk bimbingan guru secara eksplisit.

    4. Macam/jenis

    • Terstruktur/terbimbing
    • Latihan soal
    • permasalahan

    5. Langkah/strategi

    • Menentukan SK, KD, dan indikator dalam pembelajaran.
    • Membuat LKS disesuaikan dengan RPP yang ada.
    • Menentukan macam/jenis LKS.
    • Menyusun LKS.

    6. Contoh LKS

    Proyek 1: Mengumpulkan data

    Pilihlah salah satu topik kegiatan berikut ini:

    1. Penimbangan berat badan teman-teman sekelas (dalam satuan kg).
    2. Pengukuran tinggi badan teman-teman sekelas (dalam satuan cm).
    3. Tanyakan usia teman-teman sekelas (dalam satuan bulan).

    Lakukan kegiatan tersebut, kumpulkan dan rekamlah data yang diperoleh ke dalam tabel.

    Topik kegiatan: ............

    Rekaman data ke dalam tabel adalah ......

    Proyek 2: Menganalisis data

    Urutkan data yang diperoleh, kemudian tentukan mean, median, dan modus dari data itu. Jelaskan ukuran manakah yang lebih mewakili jawaban itu. Mengapa?

    Urutan data yang diperoleh adalah ............


    Ukuran yang lebih mewakili hasil pengukuran di atas adalah .......

    Proyek 3: Memamerkan hasil

    Sajikan atau tunjukkan data hasil pengukuran tersebut ke dalam diagram batang.

    C. Menyiapkan Alat Peraga

    1. Pengertian

    Alat peraga adalah alat-alat yang digunakan oleh guru untuk memperjelas materi pembelajaran agar lebih mudah dipahami oleh siswa.

    2. Tujuan

    Tujuan penggunaan alat peraga adalah untuk memperjelas materi pembelajaran terutama yang bersifat abstrak.

    3. Manfaat

    Manfaat penggunaan alat peraga:

    • Siswa menjadi lebih mudah memahami materi pelajaran.
    • Pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

    4. Macam/jenis

    • Benda konkrit, maksudnya benda-benda yang terdapat di lingkungan/alam yang dapat langsung digunakan sebagai alat peraga tanpa harus dibuat terlebih dahulu. Misalnya pyramid di Mesir sebagai contoh bangun ruang (limas).
    • Model, yaitu miniatur dari benda konkrit yang sebenarnya.
    • Sketsa/gambar, pada prinsipnya memindahkan benda konkrit dari ukuran sebenarnya menjadi ukuran yang dapat digambarkan (menggunakan skala gambar).
    • Charta

    5. Langkah/strategi

    Langkah/strategi dalam menyiapkan alat peraga adalah:

    • Menentukan materi pembelajaran yang akan disiapkan alat peraganya.
    • Menentukan alat peraga yang cocok dengan materi pembelajaran dari segi bahan, kegunaan/praktis tidaknya, daya tahan, dan biaya.
    • Menyiapkan dan memilih bahan-bahan/material yang akan digunakan untuk membuat alat peraga.
    • Menggunakan alat peraga.
    • Evaluasi efektifitas penggunaan alat peraga.

    6. Contoh/kasus

    Kendala :

    1. Tidak semua materi pembelajaran dapat dibuatkan alat peraganya.
    2. Kesalahan penggunaan alat peraga dapat menyebabkan siswa sulit memahami materi pembelajaran.
    3. Tidak semua guru mampu menggunakan alat peraga dengan tepat.

    D. Menyiapkan Skema Pembelajaran

    1. Pengertian

    Skema pembelajaran adalah langkah-langkah atau alur kegiatan atau rantai kognisi untuk sampai pada materi pembelajaran, yang dipersiapkan oleh guru dalam mengkondisikan pembelajaran dari pendahuluan sampai penutup.

    2. Tujuan

    Tujuan menyiapkan skema pembelajaran adalah agar pembelajaran kondusif, efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

    3. Manfaat

    • Memberi arah bagi guru dalam mengelola pembelajaran, menerapkan metode, pendekatan dan model pembelajaran.
    • Membantu menyiapkan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara sistematis, terarah dan jelas.

    4. Macam/jenis

    a. Dari sisi pencapaian kompetensi:

    Tahap I : Attitude

    Tahap II : Methode

    Tahap III : Content

    b. Dari sisi struktur:

    Tahap I : Pembukaan

    Tahap II : Inti

    Tahap III : Penutup

    c. Dari sisi pola interaksi:

    Tahap I : Klasikal

    Tahap II : Kelompok

    Tahap III : Individu

    d. Menurut Bloom:

    Tahap I : Ingatan

    Tahap II : Penalaran

    Tahap III : Analisis

    Tahap IV : Sintesis

    Tahap V : Evaluasi

    e. Dari sisi pencapaian:

    Tahap I : Will

    Tahap II : attitude

    Tahap III : Knowledge

    Tahap IV : Skill

    Tahap V : Experience

    f. Model Kontekstual

    g. Model pembelajaran kooperatif: STAD, TAI, TGT, Jigsaw, dll.

    h. Model PBL (Problem Based Learning)

    5. Langkah/strategi

    Skema pembelajaran menurut Van de Walle (2008, 71) secara garis besar tahap-tahapnya sebagai berikut:

    1. Mulai dengan matematika, yaitu mengidentifikasi konsep-konsep matematika sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai.
    2. Pertimbangkan siswa anda, apakah konsep yang akan dibahas berkaitan dengan pengetahuan siswa sebelumnya dan apakah menantang siswa dalam memahaminya tapi masih dalam terjangkau oleh tarap kemampuan siswa.
    3. Tentukan tugas.
    4. Prediksikan apa yang akan terjadi.
    5. Ungkapkan tanggung jawab siswa.
    6. Rencanakan fase sebelum pelajaran.
    7. Rencanakan fase selama pelajaran.
    8. Rencanakan fase setelah pelajaran.
    9. Tuliskan rencana pelajaran.

    6. Kendala

    • Kesulitan siswa dalam memilih skema yang tepat untuk menanamkan suatu konsep tertentu.
    • Setelah skema disiapkan dan diterapkan ternyata tidak sesuai dengan yang direncanakan.
    • Kesulitan dalam mengarahkan suatu skema untuk masuk kepada materi atau konsep yang akan dipahami oleh peserta diidk.

    7. Contoh/kasus

    • Jumlah siswa tidak sesuai dengan yang diprediksi, misalnya ada siswa yang tidak hadir pada saat pelaksanaan pembelajaran.
    • Peralatan yang mestinya dipersiapkan oleh siswa ternyata tidak lengkap atau tertinggal di rumah.
    • Siswa tidak mau diajak berpikir kreatif, maunya hasil secara instan.

    E. Menyiapkan Kegiatan Assesment

    1. Pengertian

    Kegiatan assessment adalah kegiatan guru yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam pembelajaran selama KBM berlangsung.

    2. Tujuan

    Tujuan kegiatan assessment adalah:

    • Mengetahui pencapaian daya serap siswa dalam kegiatan pembelajaran.
    • Mengetahui kemajuan siswa dalam pembelajaran secara kognitif, afektif, dan psikomotor.

    3. Manfaat

    Manfaatnya kegiatan assessment adalah:

    • Untuk mendapatkan informasi kemajuan belajar siswa.
    • Sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
    • Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan remedial dan pengayaan.
    • Sebagai bahan laporan kepada iorang tua siswa.

    4. Macam/jenis

    • Penilaian kelompok
    • Penilaian individu
    • Penilaian kelas

    5. Langkah/strategi

    Penilaian dapat dilakukan dengan:

    • Menentukan tujuan.
    • Menentukan instrumen.
    • Melaksanakan instrumen.
    • Menganalisis instrumen.
    • Merefleksi instrumen.
    • Melaporkan hasil penilaian.

    6. Contoh/kasus

    Penilaian terhadap siswa dalam menggunakan jangka untuk melukis segitiga. Model penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

    • Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif antara lain: dengan menggunakan tes UH (Ulangan Harian), instrumen pengukuran kinerja kognitif.
    • Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan afektif dilakukan dengan menggunakan pengukuran kinerja afektif, misalnya menggunakan skala sikap.
    • Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan psikomotorik dengan menggunakan pengukuran kinerja psikomotorik, misalnya menggunakan penilaian tingkat keaktifan siswa.

    F. Menyiapkan RPP Pembelajaran Matematika

    1. Pengertian

    RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) adalah seperangkat persiapan yang dilakukan oleh guru meliputi skenario sebelum, selama, dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam merancang RPP, guru harus memperhatikan/mempertimbangkan beberapa aspek, seperti:

    • Karakteristik dan tingkat kesulitan materi/konsep-konsep matematika yang akan dibahas.
    • Karakteristik siswa sebagai subjek dalam kegiatan pembelajaran.
    • Kesulitan-kesulitan belajar yang umumnya dialami oleh siswa.
    • Berbagai pendekatan maupun model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
    • Karakteristik kelas/sekolah dan lingkungan belajar siswa.
    • Karakteristik budaya setempat.
    • Latar belakang sosial ekonomi siswa.
    • Potensi-potensi yang ada di sekolah.

    2. Tujuan

    Tujuan menyiapkan RPP pembelajaran matematika:

    • Membantu guru dalam menjaga alur kegiatan pembelajaran agar efektif dan mencapai tujuan pembelajaran.
    • Sebagai alat evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran.
    • Membantu siswa agar mereka mengetahui hal-hal yang harus dilakukan agar mencapai pemahaman materi/konsep secara mendalam.

    3. Manfaat

    • Guru mempunyai arahan dan target dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.
    • Guru mempunyai alat untuk mengevaluasi dan merefleksikan kegiatan pembelajaran dengan kesulitan, ketercapaian, dan ketidaktercapaian tujuanpembelajaran.
    • Siswa mengetahui peran dan aktivitas yang harus dilakukan selama kegiatan pembelajaran untuk memahami atau menguasai suatu konsep dengan baik.

    4. Macam/jenis

    Pembeda antara RPP yang satu dengan lainnya ditentukan oleh tujuan dan pendekatan/model pembelajarannya. Macam/jenis RPP berdasarkan:

    1. Tujuan:
    • RPP berbasis soal.
    • RPP berbasis pemahaman konsep matematika.
    1. Pendekatan/model pembelajaran:
    • RPP menggunakan model PBL.
    • RPP menurut konstruktivisme.
    • RPP menurut kontekstualisme.
    • RPP menurut Realistik.
    • RPP menurut pembelajaran kooperatif.

    5. Langkah/strategi

    Langkah/strategi dalam menyiapkan RPP adalah:

    1. Menentukan materi pembelajaran yang akan disiapkan RPPnya.
    2. Menentukan standar kompetensi pembelajaran.
    3. Menentukan kompetensi dasar.
    4. Menentukan indikator.
    5. Menentukan tujuan pembelajaran.
    6. Menentukan kemampuan prasyarat.
    7. Menyiapkan materi pelajaran yang akan dibahas.
    8. Menentukan pendekatan dan metode pembelajaran.
    9. Merancang dan menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
      1. Memilih sumber belajar yang relevan dan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.
      2. Menentukan kriteria dan acuan penilaian/evaluasi.
      3. Membuat instrumen yang sesuai dengan kriteria penilaian/evaluasi.

    6. Kendala

    • Tidak semua guru mengetahui dan memahami RPP yang tepat untuk pembelajaran matematika.
    • Tidak semua guru mampu merancang RPP yang baik dan efektif sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
    • Tidak semua guru mau membuat RPP yang inovatif, alasannya karena malas, merepotkan, dan keengganan berubah dari RPP paradigma lama.
    • Adanya pemahaman yang tidak merata antara guru, kepala sekolah, dan pengawas di lapangan mengenai penyusunan RPP yang baik dan sesuai dengan berbagai karakteristik bidang studi, siswa, sekolah, dan sebagainya. Akibatnya kreatifitas guru jadi terhambat.
    • Terkadang RPP dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif membutuhkan waktu lebih lama dalam pelaksanaanya.

    7. Contoh/kasus

    Guru A merancang RPP menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk materi Garis-garis pada Segitiga sementara guru B pada level kelas yang sama menggunakan RPP konvensional, ternyata waktu yang diperlukan guru A untuk menyelesaikan pembelajaran dengan jigsaw lebih lama dari guru B. Padahal materi yang harus dibahas sangat banyak, kemungkinan besar siswa di kelas guru A akan mengeluh dan merasa iri dengan pencapaian materi siswa di kelas guru B.

    III. KESIMPULAN

    Idealnya seorang guru yang kreatif dan bertanggung jawab akan memikirkan, merancang, dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang tepat, sesuai tujuan dan akomodatif terhadap kebutuhan belajar siswa di kelasnya.

    Persiapan yang matang jelas diperlukan karena kegiatan pembelajaran di dalam kelas melibatkan banyak individu dengan karakteristik pribadi dan kemampuan belajar yang heterogen. Guru harus memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih dari memadai untuk dapat mengelola dengan baik kegiatan pembelajaran di kelasnya.

    Agar guru mampu merancang dan mengembangkan kegiatan pembelajaran yang baik, efektif, dan efisien, ia harus memahami pemilihan, penyusunan, dan pengelolaan beberapa komponen pembelajaran sebagai berikut, yaitu:

    1. Sumber Belajar
    2. LKS (Lembar Kerja Siswa)
    3. Alat Peraga
    4. Skema Pembelajaran
    5. Kegiatan Assesment
    6. RPP Pembelajaran Matematika

    Banyak kendala dan kesulitan yang tentu akan dihadapi oleh guru kreatif dan bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelasnya. Kendala yang datang bukan hanya dari siswa, sekolah, sistem pendidikan, maupun lingkungan, akan tetapi kendala terbesar yang dihadapi guru adalah dirinya sendiri. Kendala terbesar seorang guru adalah manakala ia tidak mampu optimis dan berpikir positif bahwa ia mampu menghadapi kendala apa pun di luar dirinya.

    Tentu saja bukan pekerjaan mudah dan instan yang dapat dicapai dengan sekedipan mata, dibutuhkan pengorbanan dan perjuangan tak kenal lelah untuk menjadi seorang guru yang mencintai pekerjaan dan siswanya, guru yang ikhlas, rendah hati, juga selalu mau belajar hal-hal baru yang positif di sekitarnya, yang mau dan merasa ingin selalu meningkatkan kualitas dirinya. Bukan hal mudah tapi juga bukan hal yang mustahil untuk mencapainya. Mulai dengan memikirkan dan peduli terhadap kebutuhan belajar siswa itu kunci utamanya.

    IV. DAFTAR PUSTAKA

    Van de Walle, J. A. (2008). Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

    Hasil Diskusi Kelompok. (2008). Hasil Diskusi Mengenai Sumber Belajar, LKS, Alat Peraga, Skema Pembelajaran, dan Kegiatan Assesment. Yogyakarta: Program Pendidikan Profesi Guru SMP.

    V. LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Sumber Belajar

    Lampiran 2 : LKS

    Lampiran 3 : Alat Peraga

    Lampiran 4 : Skema Pembelajaran

    Lampiran 5 : Kegiatan Assesment

    Lampiran 6 : RPP


    Share:

    Komentar/tanggapan terhadap Pertanyaan Teman (Mahasiswa Program Pendidikan Sertifikasi Guru Matematika SMP)

    Asal pertanyaan dari:

    Nama : Ade Tatang Muharam, S.Pd.

    Pendidikan : Sertifikasi Guru Matematika SMP

    Hari/tanggal : Selasa, 12 November 2008

    Asal Sekolah : SMP Negeri 1 Cibatu Garut


    Pertanyaan:

    Pada kuliah Perencanaan Pembelajaran hingga pertemuan yang ke-10, saya masih mempunyai beberapa pertanyaan sebagai berikut:

    1. Sulit untuk mengkonstruksi awal perkuliahan.

    Tanggapan:

    Merupakan hal yang wajar dialami oleh hampir semua mahasiswa baru, apalagi bagi maskot (mahasiswa kolot/tua) seperti kita. Tapi yakinlah pengetahuan akan terkonstruksi dalam pikiran kita asalkan ada kemauan untuk belajar. Maju terus pantang menyerah!

    2. Bagaimana cara perkuliahan akan diberikan?

    Tanggapan:

    Perkuliahan akan diberikan dengan cara khas ala Pak Marsigit dosen jurusan matematika yang juga seorang ahli filsafat (maaf ya Pak kalau saya salah), pasti penuh surprise dari perkuliahan ke perkuliahan. Tidak usah stress, nikmati dan enjoy saja. Pak Marsigit juga manusia biasa yang harus kita mengerti dan pahami dengan segala kekhasan dalam style mengajarnya. Oke, setuju kan?

    3. Apa maksud membuat pengelolaan dalam perkuliahan?

    Tanggapan:

    Pengelolaan dalam Perencanaan Pembelajaran Matematika saya pikir adalah suatu upaya mengorganisasikan persiapan yang harus dilakukan oleh seorang guru, dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek:

    • Karakteristik konsep-konsep matematika
    • Karakteristik siswa
    • Keinginan dan harapan apa yang siswa inginkan dalam mempelajari matematika
    • Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
    • Sarana-prasarana dan potensi yang ada di sekolah

    4. Bagaimana cara menerima materi perkuliahan?

    Tanggapan:

    Terima dengan lapang dada dan pikiran yang terbuka. Ibaratnya kita sedang menginstall suatu aplikasi/program ke dalam sistem operasi (OS) yang banyak error dan virusnya, tentu harus disiapkan dulu, dibersihkan virusnya kalau perlu diinstal ulang OSnya. Setelah siap barulah kita install program/aplikasi (Marsigit.exe) ke dalam sistem untuk memperkaya dan memperlancar kinerja sistem keguruan kita. Jangan lupa untuk senantiasa mengupdate anti virusnya (selalu mengupdate motivasi dan pengetahuan) supaya kinerja sistem dan aplikasi/program tetap optimal.

    5. Dapatkah memberi perkuliahan dengan tidak menegangkan?

    Tanggapan:

    Tegang tidaknya relatif ya bagi setiap individu mahasiswa. Terkadang ketegangan diperlukan sebagai upaya untuk mencapai pencerahan dan peningkatan kualitas keilmuan kita. Anggap saja kita ini per/pegas yang sedang ditekan sekuat-kuatnya oleh Pak Marsigit, mudah-mudahan pada saat pegas dilepaskan oleh beliau saat itulah kita akan melonjak/mencelat ke tingkat ilmu yang lebih tinggi, tercerahkan secara ilmu dan cara berpikir. Mari jadikan diri kita sebagai pegas yang kuat dan tangguh, yang dapat menerima tekanan menjadi daya dorong luar biasa bagi setiap diri kita. Semoga!

    6. Apakah ada cara terbaik dalam memberikan perkuliahan?

    Tanggapan:

    Tidak ada cara memberikan perkuliahan terbaik yang terstandarisasi bagi setiap pribadi dosen/pengampu perkuliahan. Secara garis besar sih pasti ada karena setiap calon dosen mendapat pembekalan dari institusi tempat mereka mengabdi, tetapi tidak secara otomatis cara mengajar mereka jadi sama dan sewarna. Wah, kita sebagai mahasiswa malah akan menjadi bosan menghadapi dosen yang cara mengajarnya itu-itu juga. Ibaratnya masakan supaya enak dan bervariasi tentu harus bervariasi pula bahan dan bumbunya.

    7. Apakah penyaji mengerti kesulitan mahasiswa?

    Tanggapan:

    Seorang dosen kan berasal dari seorang mahasiswa, mereka dulu pernah kuliah juga. Bahkan banyak diantaranya yang kuliah di luar negeri dengan budaya, sistem, gaya dan cara kuliah yang berbeda dengan negeri sendiri. Mereka terbiasa 'kerja/belajar dengan keras', sungguh-sungguh, tekun, dan pantang menyerah dalam kuliah. Itulah yang menyebabkan beliau-beliau sukses secara pribadi dan karir. Saya berhusnudzon kepada dosen-dosen kita terutama Pak Marsigit (saya berusaha keras untuk melakukannya), bahwa beliau pasti mengetahui kesulitan kita dalam mengikuti perkuliahan beliau. Itulah sebabnya beliau sering meminta kita untuk mengungkapkan pertanyaan, kesulitan, dan harapan para mahasiswanya terhadap perkuliahan beliau. Walaupun pertanyaan-pertanyaan tersebut malah dikembalikan kepada kita untuk menjawabnya (luar biasa kan?), mungkin maksudnya agar kita juga sebagai mahasiswa mampu merasakan kesulitan beliau dalam memberikan perkuliahan kepada mahasiswa yang katanya guru-guru terpilih tapi banyak disconnect-nya dengan cara pikir beliau, he..he.., (betul tidak ya Pak?).

    8. Bagaimana supaya dapat konsentrasi dalam perkuliahan?

    Tanggapan:

    Saya pikir kunci untuk konsentrasi itu hanya ada satu kata. Fokus. Ya, fokus pada tujuan kita dalam mengikuti perkuliahan. Memang bukan hal yang mudah tapi kan bisa diusahakan. Orang yang khusyu dalam sholat bukan berarti tidak mendengar apa-apa yang ada di sekelilingnya, tapi orang yang tetap fokus, menjaga hatinya (konsentrasinya) untuk tetap menghadap Allah SWT.

    9. Apa mungkin peserta sertifikasi bisa mengerjakan tugas secara maksimal?

    Tanggapan:

    Setiap peserta Pendidikan Profesi (sertifikasi) Guru yang dipanggil oleh UNY merupakan hasil seleksi dinas Diknas Kabupaten dan Dikti. Asumsinya tentu kita ini guru-guru terbaik dari daerah asal kita. Sebelum mengikuti perkuliahan, kita telah mendapat informasi bahwa tugas kita adalah 'kuliah' dan konsekuensinya adalah kita harus mengerjakan tugas dan ujian dari dosen-dosen pengampu perkuliahan yang bersangkutan. Saya pikir beliau-beliau memberikan tugas masih dalam taraf kesulitan yang mampu kita kerjakan. Adapun kesulitan yang kita alami itu karena adanya kendala-kendala yang belum mampu kita minimalisir apalagi dihilangkan. Contohnya: kendala waktu (karena kuliah sambil mengajar di sekolah atau karena sering mudik/bagi yang daerah asalnya jauh dari Yogya seperti saya), kendala biaya (seharusnya cukup ya, tapi kalau sering pulang jadi tidak cukup), degradasi tujuan dan degradasi semangat (ini yang paling mengkhawatirkan).

    10. Bagaimana membuat karakteristik dalam perkuliahan?

    Tanggapan:

    Terus terang saya cukup lama memikirkan maksud pertanyaan ini. Karakteristik yang dimaksud apakah dosennya atau mata kuliahnya? Setelah agak lama berpikir saya pilih karakteristik perkuliahannya saja (saya tidak paham secara mendalam dengan karakteristik dosennya sih, ya toh Pak?).

    Karakteristik perkuliahan Perencanaan Pembelajaran Matematika diantaranya:

    • Memuat masalah-masalah kegiatan pembelajaran yang dihadapi dalam keseharian guru di kelas/sekolah.
    • Masalah-masalah yang dihadapi kemudian diidentifikasi, dicari akar permasalahannya, adakah yang salah selama ini dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan?
    • Jika jawabannya ya, mungkin permasalahan tersebut timbul karena guru tidak memahami kesulitan siswa, cenderung berfokus pada masalah guru sendiri.

    Untuk membantu mengatasi kesulitan siswa dalam kegiatan pembelajaran, guru harus mampu mempersiapkan, merencanakan, dan merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan akomodatif terhadap harapan, keinginan, kebutuhan, dan dapat menyelami dunia siswa.

    Share:

    Komentar dan Refleksi Diri terhadap Penampilan Guru Model (Faizin S.Pd. dan Mintarjo, S.Pd.)

    Guru harus dapat membebaskan diri dari paradigma mengajar dan pembelajaran lama, yang memiliki ciri diantaranya sebagai berikut:

    • Kegiatan pembelajaran berpusat pada guru
    • Siswa ditempatkan sebagai obyek yang harus 'mau tidak mau' menerima ilmu dari guru
    • Guru sebagai satu-satunya sumber belajar
    • Siswa dianggap sebagai mahluk yang tidak dapat mencari pengetahuan, informasi, dan ilmu dari sumber lain

    Saatnya para guru membuka pikiran/wawasannya, menyadari perannya sebagai pelayan bagi kebutuhan belajar siswa yang heterogen di kelas/sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua hal yang patut kita/guru renungkan untuk kemudian berusaha kita wujudkan, yaitu:

    1. Membudayakan kelas matematika yang produktif (Van de Walle, 2008: 31); dan
    2. Melakukan Pengembangan Pengajaran/Pembelajaran yang efektif (Van de Walle, 2008: 35)

    Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Membudayakan kelas matematika yang produktif

    Ciri-ciri budaya kelas matematika yang produktif adalah:

    1. Ide-ide adalah penting, tidak perduli milik siapa ide tersebut. Para siswa dapat memiliki ide-ide mereka sendiri dan membaginya dengan yang lain.
    2. Ide-ide harus dipahami bersama-sama di dalam kelas. Setiap siswa harus menghargai ide-ide dari temannya dan mencoba memiliki dan memahaminya.
    3. Kepercayaan harus dibangun dengan pemikiran bahwa membuat kesalahan tidak menjadi soal. Para siswa harus menyadari bahwa kesalahan adalah kesempatan untuk berkembang.
    1. Melakukan Pengembangan Pengajaran/Pembelajaran yang efektif,
      diantaranya dengan:
      1. Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahaman mereka.
      2. Pengetahuan dan pemahaman adalah unik bagi setiap siswa.
      3. Berpikir reflektif adalah unsur yang paling penting untuk belajar secara efektif.
      4. Lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan ide matematika siswa.
      5. Model-model untuk ide-ide matematika membantu siswa mengungkapkan dan memperbincangkan ide-ide matematika.
      6. Pembelajaran yang efektif merupakan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa.


    Share:

    Sabtu, Desember 13, 2008

    Pembelajaran Matematika Inovatif

    BAB I

    PENDAHULUAN

    BAB I PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang

    Salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam Standar Isi Mata Pelajaran Matematika (Permendiknas No. 2 tahun 2006) adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa tersebut tercermin melalui kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

    Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendiidkan yang cukup menggembirakan, namun pembelajaran dan pemahaman siswa SMP pada beberapa materi pelajaran termasuk matematika menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di SMP cenderung text book oriented dan kurnag terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah sehingga konsep-konsep kurang bias atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagainya. Akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghapal dan mekanistis (Direktorat PLP, 2000).

    Mencermati hal tersebut, sudah saatnya untuk diadakan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi baik metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu, pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran guna mencapai iklim PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Menyenangkan) adalah tuntutan yang mesti diupayakan untuk dipenuhu oleh para guru.

    Saat ini pembelajaran inovatif yang akan mampu membawa perubahan belajar siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran ,odel lama telah using karena dipandang hanya berkutat pada metode ceramah. Siswa sangat tidak nyaman dengan metode ceramah. Sebaliknya siswa akan nyaman dengan pembelajaran yang sesuai dengan pribadi dan potendi siswa saat ini.

    Ada berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara dan gaya belajar mereka agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dalam praktiknya guru harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih lodel pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi sisiwa, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

    B. Media Pembelajaran Menggunakan VTR (Video Tape Recorder)

    Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu pemilihan media yang tepat juga sangat berperan dalam pembelajaran. Selama ini media pembelajarn yang banyak digunakan adalah alat peraga. Tetapi seiring dengan berkembangnya kemajuan teknologi, media pembelajaran dengan alat peraga tersebut kurang menarik perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum.

    Pemilihan media pembelajaran menggunakan Video Tape Recorder (VTR) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. VTR masih tetap digunakan sampai saat ini karena VTR dapat digunakan di berbagai tempat baik di sekolah maupun di rumah, bahkan dapat disiarkan di TV dan internet. Kelebihan lainnya adalah VTR dapat diputar berulang kali sehingga informasi atau pengetahuan dapat dipahami secara lebih baik.


    BAB II

    TEORI BELAJAR MATEMATIKA INOVATIF

    1. Teori Belajar Matematika

      Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004:8) belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kogniotif) manusia yang mempelajarinya. Proses internalisasi akan terjadi secara sunguh-sungguh yang berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal jika pengetahuan itu dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut:

    2. Tahap Enaktif

      Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secra aktif dengan menggunakan benda-benda atau situasi yang nyata.

    3. Tahap Ikonik

      Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan kongkrit atau situasi kongkrit yang terdapat pada taha enaktif.

    4. Tahap Simbolik

      Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk symbol-simbol abstrak, baik symbol-simbol verbal (misalkan huruf-huruf, kata-kata atau kalimat), lambang-lambang matematika maupun lambing-lambang abstrak lainnya (Hidayat, 2004:9).

      Suatu proses belajar akan berlangsung secara optimal jika pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan jika tahap belajar yang pertama ini dirasa cukup, siswa beralih ke tahap belajar yang kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus presentasi ikonik. Selanjutnya kegiatan belajar dilanjutkan pada tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus presentasi simbolik.

    5. Aspek-aspek Pembelajaran Matematika Inovatif

      Berikut ini akan disajikan tabel yang berisi aspek-aspek dalam suatu proses pembelajaran serta ciri-cirinya dalam pembelajaran tradisional dan pembelajaran inovatif.

    Aspek-aspek

    Pembelajaran Tradisional

    Pembelajaran Inovatif

    Siswa

    • Sebagai obyek
    • Belajar secara pasif
    • Tidak punya inisiatif belajar sendiri
    • Tidak kreatif
    • Sebagai subyek
    • Belajar secara aktif
    • Penuh inisiatif


    • Kreatif

    Guru

    • Guru melakukan pengajaran
    • Berperan sebagai pentransfer pengetahuan.
    • Sebagai pemberi perintah.
    • Merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya
    • Guru melakukan pembelajaran
    • Berperan sebagai agen pembelajaran yang membantu membangun pengetahuan siswa.
    • Sebagai pelayan dalam kegiatan belajar.
    • Merasa selalu kurang dengan ilmunya
    • Memiliki rasa antusias yang tinggi terhadap temuan-temuan (metode belajar) baru dalam dunia pendidikan
    • Tidak malas mencoba variasi metode belajar yang baru
    • Tidak malu untuk mempelajari ilmu dan informasi mutakhir yang ada

    Metode Belajar

    • Metode tidak variatif cenderung monoton (ceramah)
    • Pembelajaran secara klasikal
    • Lebih banyak teori
    • Metode belajar sangat variatif (CTL, PBL, dll)
    • Pembelajaran secara individual
    • Lebih banyak praktik

    LKS

    • Hanya berupa kumpulan soal latihan
    • Merupakan alat yang efektif untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran

    Alat Peraga

    • Masih sederhana baik bentuk, bahan, maupun fungsinya
    • Tidak variatif
    • Memiliki fungsi yang mampu mendeskripsikan hal-hal yang kompleks
    • Sangat variatif

    Penilaian

    • Berorientasi pada hasil
    • Mengutamakan aspek kognitif (berupa angka/skor)
    • Berorientasi pada proses
    • Mengutamakan semua aspek (kognitif, apektif, dan psikomotor).
    • Contoh: penilaian kinerja kelompok

    Silabus

    • Ditentukan oleh pemerintah
    • Guru tidak diberi keleluasaan untuk mengembangkan silabus
    • Ditentukan secara terbatas oleh pemerintah (SK, dan KD)
    • Indikator dalam silabus dikembangkan oleh guru sesuai situasi, kondisi, dan potensi sekolah/daerah

    RPP

    • Berisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru
    • Berisi langkah-langkah yang akan dilakukan oleh siswa

    Sumber Belajar

    • Guru sebagai nara sumber tunggal yang mutlak kebenarannya
    • Multimedia, terdiri dari media audio, visual, dan audio visual. Contoh: tape recorder, televisi, komputer.
      • (Guru sebagai penstimulus dan pengarah dalam kegiatan belajar)

    ICT

    • Penggunaannya terbatas hanya untuk membantu kegiatan mengetik dan berkomunikasi.
      • Contoh: mesin tik, komputer dengan OS DOS, dan pesawat telepon.
      • Dunia belum merupakan satu kesatuan informasi dan komunikasi
    • Penggunaan secara luas untuk mencari dan menggali informasi, maupun ilmu pengetahuan yang mutakhir.



    • Globalisasi informasi dan komunikasi.

    Tempat Belajar

    • Ruang kelas
    • Multi tempat:
      • Kelas
      • Rumah
      • Perpustakaan
      • Lab multimedia
      • Warnet
      • Di luar lingkungan sekolah (out bond)


    Beberapa model/pendekatan dalam pembelajaran matematika yang sesuai dengan cirri-ciri pembelajaran inovatif adalah:

    1. Pendekatan Kontekstual
    2. Pendekatan Kooperatif
    3. Pembelajaran Berbasis Permasalahan (Problem Based Learning)
    4. Pendekatan Open-Ended
    5. Pendekatan Matematika Realistik
    6. Pendekatan Keterampilan Proses
    7. Pendekatan Pemecahan Masalah
    8. Pendekatan Analogi
    9. Pendekatan Berbasis Kontruktivisme
    10. Pendekatan Pengajuan Masalah (Problem Posing)
    11. Dan sebagainya.


      BAB III

      REFLEKSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN VTR

      Deskripsi VTR 1, VTR 2, dan VTR 3

      VTR 1. Devide.wmv

      Judul : Pembagian

      Jenjang : SD (Sekolah Dasar)

      Setting Tempat : Ruang Kelas

      Aktor : Ibu Guru

      Isi VTR : Seorang guru wanita sedang menerangkan cara menyelesaikan soal pembagian dengan 3 cara, sebagai berikut:


      VTR 2: (do you believe me.wmv)

      Judul : Do You Believe Me (Percayakah Kau Padaku?)

      Jenjang : SD (Sekolah Dasar)

      Setting Tempat : Panggung (show stage)

      Aktor : Siswa SD

      Isi VTR :

      Seorang siswa laki-laki sedang merefleksikan isi hatinya berupa pertanyaan "do you believe me?", seolah-olah ia mempertanyakan kepercayaan orang lain (teman-teman dan guru yang menontonnya).

      Anak tersebut mengomentari respon yang diberikan penonton atas pertanyaanya dengan mengatakan bahwa ia dapat melakukan apapun yang dia mau karena ia mempunyai tangan, kaki, mata, hidung, telinga dan sebagainya yang telah ia punyai sejak lahir sebagai anugerah dari Tuhan. Dengan demikian ia tak perlu merasa ragu dan malu karena semua orang mempunyai kekurangan dan kelebihan.

      Meskipun demikian ia mengakui bahwa setiap manusia membutuhkan suatu interaksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Misalnya, seorang siswa memerlukan bantuan berupa bimbingan dan arahan seorang guru untuk dapat mempelajari sesuatu, meskipun siswa tersebut dapat belajar dari berbagai sumber lain, akan tetapi guru adalah sosok dan mitra belajar terbaik bagi seorang siswa.

      Pada bagian akhir si anak tersebut menyatakan bahwa ia tak dapat melakukan apapun tanpa bimbingan guru dan teman-temannya. Kemudian ia mengucapkan rasa terima kasihnya yang tulus kepada guru dan teman-temannya atas kerja sama yang telah terjadi di antara mereka.


      VTR 3: (vid_math Jepang.wmv)

      Judul : The Area of Plane Figures

      Jenjang : SD (Sekolah Dasar)

      Setting Tempat : Ruang Kelas

      Aktor : Siswa SD dan guru (Kazuya Saito)

      Isi VTR :

    • Guru mengajukan masalah sebagai berikut:

      Dapatkah kamu menemukan luas daerah pada gambar berikut?

      Terpikirkah olehmu bagaimana gambar tersebut dibuat?

    • Siswa mulai melakukan refleksi berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Siswa merancang dengan menguraikan gambar ke dalam bentuk persegi, persegi panjang, segitiga, jajargenjang atau trapezium, sebagai upaya-upaya untuk menemukan luas daerah pada gambar.
    • Siswa menyadari bahwa mereka mulai belajar enemukan cara mencari luas segitiga. Siswa mendiskusikan bagaimana carfa menguraikan gambar, kemudian mereka memisahkan gambar dalam tiga bagian sebagai berikut:

      1. gambar dapat diuraikan menjadi beberapa segitiga dan sebuag persegi,

      2. gambar dapat diuraikan menjadi beberapa segitiga,

      3. gambar dapat diuraikan menjadi segitiga, jajargenjang atau trapesium.

    • Siswa menemukan cara menentukan luas dari segitiga sebarang(tidak sama kaki).

      Siswa mencoba menemukan luas segi empat menggunakan rumus luas segitiga.

      Siswa akan mementukan luas segi empat yang ditanyakan.

    • Siswa menggunakan jajargenjang untuk menemukan luasdua segiutiga kongruen dari segitiga-segitiga tersebut dangan garis diagonal-diagonal, kemudian siswa mencari pemecahan masalahnya.
    • Siswa mencoba menemukan luas jajargenjang.
    • Guru mendorong siswa untuk mempertimbangkan cara mencari luas dari luas belah ketupat dan trapesium.
    1. Pembelajaran Matematika Menggunakan VTR dan Kenyataan di Lapangan

    Jika kita buat perbandingan dari ketiga video yang telah ditayangkan dengan kenyataan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di lapangan, hasilnya adalah seperti pada tabel berikut :

    Pembelajaran dalam VTR

    Kenyataan di lapangan

    • Pada VTR 1, menampilkan guru yang inovatif dengan berbagai cara menarik dapat memberikan cara lain untuk menemukan hasil pembagian suatu bilangan.
    • Kekreatifan guru tersebut menghasilkan tambahan penghasilan berupa buku yang ditulisnya.
    • Guru malas melakukan inovasi atau mencari cara lain dalam menyelesaikan suatu permasalahan, cenderung fanatik dengan ilmu yang telah dikuasainya.


    • Guru yang malas dan mandeg tidak mau berinovasi mengakibatkan tidak bertambahnya penghasilan.
    • Pada VTR 2, siswa berani tampil tanpa malu-malu untuk mengemukakan ide dan gagasannya di hadapan orang banyak.
    • Siswa tidak mudah patah semangat meski mungkin tanggapan penonton kurang baik.
    • Kebanyakan siswa pemalu, malu mengemukakan pendapat dan malu tampil di muka umum.
    • Siswa mudah menyerah dan down mentalnya saat tampil di muka umum.
    • Pada VTR 3, peran guru tidak dominan, hanya berperan sebagai pengarah dan pembimbing.
    • Siswa aktif dalam kelompoknya masing-masing berusaha menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.
    • Alternatif pemecahan masalah yang dihasilkan beragam (open-ended).
    • Guru berperan sangat dominan sebagai sumber informasi dan pengetahuan.


    • Siswa pasif menunggu jawaban dari gurunya.


    • Pemecahan masalah tidak bervariasi karena hanya berasal dari guru.

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Selama ini pembelajaran di kelas-kelas di Indonesia masih berpusat pada guru. Guru-guru di sekolah kebanyakan merasa cukup dengan ilmu yang telah dimilikinya sehingga ia tidak merasa perlu untuk menambah ilmu pengetahuan baik dari guru di sekolahnya maupun guru dari daerah lain yang berbeda kondisi dengan daerahnya. Di sisi lain guru tersebut juga tidak mau kegiatan mengajarnya diketahui atau ditonton oleh orang lain. Kenyataan ini membuat guru tak pernah mengupdate ilmunya.

    Sebagai akibatnya tentu para siswa yang sangat dirugikan. Siswa tidak mendapatkan pelayanan yang maksimal dalam kegiatan pembelajaran dari para gurunya. Mereka disuguhi cara mengajar yang monoton dari hari ke hari sehingga membuat segala potensi siswa tak tergali, malah makin tenggelam ke dalam wawasan sempit guru-gurunya.

    Seharusnya setiap aktivitas pembelajaran di suatu sekolah atau daerah perlu disosialisasikan ke daerah lain agar lebih banyak guru yang dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pembelajaran menggunakan VTR.

    VTR (Video Tape Recorder) merupakan salah satu model pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guru. Pembelajaran matematika melalui VTR memerlukan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), LKS (Lembar Kerja Siswa), kompetensi guru, kesiapan siswa, sarana dan prasarana pendidikan, metode pembelajaran, alokasi waktu, jumlah siswa, serta biaya. Dengan demikian guru dituntut untuk berimprovisasi menggunakan kompetensi baik dalam melakukan pembelajaran maupun dalam menyampaikan materi pembelajaran. Artinya guru harus mampu mempersiapkan rancangan kegiatan pembelajaran berupa RPP dan mampu membuat LKS yang sesuai.

    Akan tetapi, penggunaan VTR sebagai model pembelajaran menemui kendala dan keterbatasan sebagai berikut: siswa yang tidak siap mengungkapkan ide, membutuhkan alokasi waktu yang lama, keterbatasan fasilitas pembelajaran (misalkan: ruang multi media yang dilengkapi dengan computer, TV, slide proyektor, dll), dan jumlah siswa di kelas yang terlalu banyak sekitar lebih dari 40 siswa per kelas.

    Tentu saja kendala-kendala tersebut tidak boleh dijadikan alasan untuk tetap menggunakan paradigma pembelajaran tradisional. Harapan kita agar terjalinnya dukungan dari berbagai pihak baik guru, orang tua murid, masyarakat, dan terutama pemerintah dalam mengatasi kendala-kendala yang ada.

    REFERENSI

    BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendikan. Jakarta: BSNP.

    CREAR, 2000, VTR of Lesson Study: Teacher: SAITO, Kazuya; School: Ookayama Elementary School, Yokohama City, Unit: The area of plane figures. Nichibun: Direct Network.

    Hidayat. 2004. Diktat Kuliah Teori Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA UNES.

    Marsigit. 2006. Promoting Lesson Study as One of the Ways for Mathematics Teacher Professional Development in Indonesia: The Reflection on Japanese Good Practise of Mathematics Teaching Through VTR. Tsukuba: Tsukuba Journal of Educational Study in Mathematics, Vol.25.

    You Tube. 2008. Divide.wmv.

    ____________ . Do you believe me.wmv.


    Kelompok 3:
    Dede Sudjadi, S.Pd.
    Euis Kurniawati, S.Pd.
    Imam Santoso, S.Pd.
    Iwan Sumantri, S.Pd.
    Sukandar, S.Pd.
    Share:

    Translate

    Twitter