Sebuah blog pembelajaran

Rabu, Oktober 13, 2010

REFLEKSI LESSON STUDY (1)


Sekolah : SMPN 4 Subang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IX (sembilan)/ganjil
Standar Kompetensi : 3. Melakukan pengolahan dan menyajikan data
Kompetensi dasar : 3.1. Menentukan rata-rata, median, dan modus data tunggal serta penafsirannya.
Indikator : Menentukan rata-rata data tunggal serta penafsirannya
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Guru Model : Akhyar, S.Pd.
Moderator: Ahmad Firdaus. M.Pd.
Download : LKS (klik di sini), RPP (klik di sini), Lembar Observasi (klik di sini)

REFLEKSI:
1. Guru Model (Akhyar, S.Pd.)
· Guru model telah melakukan pembelajaran di 4 kelas lainnya menggunakan perangkat yang sama. Tetapi
pencapaian kegiatan pembelajaran maksimum diapai di kelas model, karena di kelas lain tidak sampai pada tahap evaluasi.
· Guru model mengakui bahwa keaktifan siswa belum merata.
2. Observer
a. Aceng, S.Pd. (MTs Cipunagara)
· Setting denah tempat duduk sebaiknya jangan terlalu kaku mengacu pada contoh yang ada.
· LKS sebaiknya tidak diberikan untuk setiap siswa. Akibatnya siswa terlihat sibuk mengerjakan LKS secara individual.
Solusi:
· (Aceng, S.Pd.) :
Denah tempat duduk sebaiknya disetting secara fleksibel saja disesuaikan dengan kondisi kelas.
Jumlah LKS yang diberikan pada setiap kelompok maksimal 2 LKS.
· (Gin Gin G, S.Pd.) : Harus ada leader di setiap kelompok agar keaktifan kelompok lebih merata.
b. Gin Gin Gurniati, S.Pd. (SMPN 1 Pagaden)
o Pengamatan pada kelompok 9 dan 10: kelompok yang paling aktif dibanding kelompok lain. Kelompok 1 sampai dengan kelompok 8 tidak terlalu aktif.
o Solusi: pembagian anggota kelompok harus lebih merata agar ada leader di setiap kelompok.
c. Euis Kurniawati, S.Pd. (SMPN 1 Tambakdahan)
· Penggunaan papan tulis kurang maksimal karena masih terdapat tulisan yang tidak dihapus (menggunakan spidol permanen) yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pembelajaran.
· Presentasi kelompok sudah baik, beberapa perwakilan kelompok berani mengemukakan hasil diskusi. Namun media yang digunakan (lembaran LKS) tidak efisien karena tidak terbaca oleh siswa dan observer.
· Posisi duduk siswa tidak sesuai dengan denah tempat duduk dalam kelompok yang telah disiapkan oleh guru model.
Solusi:
(Euis Kurniawati, S.Pd.):
· Persiapan dalam kegiatan pembelajaran sangat penting, oleh karenanya diperlukan kerjasama yang baik di antara guru dan siswa, termasuk dalam hal kebersihan media pembelajaran (dalam hal ini: papan tulis).
· Perwakilan siswa yang akan maju mempresentasikan hasil diskusi agar diberikan media (misal kertas karton dan spidol), sehingga hasil presentasi lebih jelas terlihat oleh seluruh siswa dan observer.
· Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, ada baiknya dilakukan pengecekkan ulang terhadap kesesuaian posisi duduk siswa sesuai dengan denah yang ada.
d. Atik Nurbayanti, S.Pd. (SMPN 2 Subang)
· Siswa kurang aktif dalam diskusi, mungkin karena tidak adanya reward (penghargaan) dari guru.
· Saat guru melontarkan pertanyaan “apakah kalian paham dengan kegiatan pembelajaran ini?”, siswa menjawab: “paham” secara serentak. Padahal kenyataannya masih ada sebagian siswa yang terlihat bingung (mungkin tidak paham).
Solusi:
· Hariyudin Ali M, M.Pd. (SMPN 3 Subang): Penghargaan tidak harus berupa benda (misalnya: model bintang) tapi bisa juga dengan memberikan tepuk tangan. Jangan sampai reward jadi bikin riweuh (repot).
· (Atik N, S.Pd.) : Perlu penguasaan teknik bertanya terhadap siswa. Selain itu cara mengecek pemahaman siswa sebaiknya dengan mengecek langsung pada setiap kelompok (guru berkeliling), atau dengan jeli melihat ekspresi wajah siswa saat menjawab “paham”. Karena siswa yang benar-benar paham dengan yang pura-pura paham akan terlihat perbedaan ekspresi wajahnya.
e. Endang Eko Harini, S.Pd. (SMPN 1 Subang)
· Pengamatan pada kelompok 3: Siswa (Rio) sering membuka-buka buku paket tapi tidak jelas yang dicari, sepertinya mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa yang dicarinya.
Solusi:
· sebaiknya saat diskusi kelompok, buku paket atau buku penunjang lainnya ditutup. Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan kemampuan mereka.
f. Wawan, S.Pd. (SMPN 6 Subang)
· Pengamatan pada kelompok 9, pada tahap evaluasi. Soal evaluasi tidak dikerjakan sesuai dengan konsep yang telah dipelajari.
Solusi:
· (Ahmadi, S.Pd. – SMPN 1 Cibogo) : sebaiknya soal-soal latihan yang dibahas sebelum evaluasi cukup banyak, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari menjadi lebih baik.
3. Dosen Pembimbing (Dr. Dadan Dasari – UPI)
a. Tata tertib observer:
· Harus betul-betul ditaati karena telah disepakati bersama.
· Observer harus melaksanakan pengamatan secara fektif dan efisien.
· Selama melakukan observasi, ingat motto: “kuatkan hati dan kuatkan kaki”.
· Beberapa catatan bagi observer:
o 8 orang observer intensif melaksanakan tugasnya.
o Observer masih ada yang tidak disiplin, diantaranya: 2 orang observer yang keluar kelas dan 5 orang observer duduk-duduk saat bertugas.
b. Fokus siswa harus pada kegiatan pembelajaran:
· Pembagian kelompok harus mempertimbangkan gender.
(Kelompok 10 mempunyai 1 anggota laki-laki diantara 3 anggota perempuan. Sehingga siswa laki-laki tersebut pasif, tidak mau terlibat atau melibatkan diri dalam diskusi kelompok.)
· Jumlah efektif siswa perkelompok berdasarkan hasil penelitian adalah 2 sampai 4 orang.
· Harus ada situasi yang fleksibilitas, harus ada ruang untuk mobilitas siswa.
· Guru model cukup responsif terhadap situasi belajar di kelas. Saat siswa mulai tidak fokus, guru memberikan umpan berupa pertanyaan. Hanya saja selain memberikan pertanyaan, sebaiknya guru memperhatikan kinerja siswa.
· Sebaiknya guru sering memberikan pujian agar lebih apresiatif terhadap kinerja siswa.
c. Sarana dan media pembelajaran:
· Persiapan kegiatan pembelajaran harus lebih baik lagi, menyangkut segala hal termasuk penggunaan papan tulis.
· Posisi tempat duduk siswa harus benar-benar sesuai dengan rencana pada denah kelompok.
· LKS (Lembar Kegiatan Siswa):
LKS masih ada kesalahan ketik yang tidak sempat dikoreksi.
LKS harus dikondisikan apakah untuk individu atau untuk kelompok.
Jika LKS diberikan secara individu (1 LKS perkelompok) maka LKS tersebut harus menuntut siswa untuk bekerja secara individual agar setiap siswa mengetahui bagian-bagian yang tidak dikuasainya.
Share:

0 komentar:

Translate

Twitter